[Review K-Movie]
Sutradara: Kim Young Gyun
Produser: Kim Kyoung Jun
Pemain: Lee Si Young, Uhm Ki Joon
Tanggal Perilisan : 27 Juni 2013
Korea dan horror? Kombinasi tersebut tidak dapat dipungkiri memang kurang begitu populer jika membahas industri perfilman Korea, dimana
posisi pertama di tempati oleh drama, disusul romance, dan setelah itu
baru di isi beberapa genre dalam posisi sejajar, termasuk didalamnya
komedi, history, dan crime. Ya, mereka kurang begitu populer, itu
mengapa keberhasilan Killer Toon ((Deo Web-toon: Ye-go Sal-in) meraih satu juta penonton pada pertengahan tahun ini menjadi sebuah kejutan tersendiri.
Seo Mi-Sook (Kim Do-Young),
seorang publisher yang bekerja pada sebuah website komik, suatu ketika
memilih lembur hingga larut malam. Namun sesuatu yang mengejutkan ia
temukan ketika kembali dari mengambil segelas minuman, sebuah naskah
komik telah hadir dilayar komputernya, padahal sebelum ia tinggalkan
masih dalam proses downloading. Hal aneh tidak berhenti sampai
disitu, karena naskah tersebut ternyata berisikan semua memori dan
rahasia Seo Mi-Sook yang tidak pernah ia ceritakan pada orang lain.
Kecemasan
Seo Mi-Sook semakin bertambah ketika hal aneh lainnya mulai hadir, yang
uniknya sesuai dengan apa yang tergambar dalam komik. Celakanya kematian
Mi-Sook justru dimanfaatkan oleh Lee Ki-Cheol (Uhm Ki-Joon) dan Kim Young-Soo (Hyun Woo),
dengan tujuan utama untuk meraih popularitas, padahal sudah melabeli
kasus itu sebagai tindakan bunuh diri. Ya, itu pada awalnya, karena
setelah bertemu dengan kartunis dari komik tersebut, Kang Ji-Yoon (Lee Si-Young), dan serangkaian kasus serupa, mereka mulai menyadari bahwa ada koneksi terselubung dari gambar-gambar tersebut.
Killer Toon adalah
sebuah horror klasik, sederhananya seperti itu. Namun hal utama yang
membuat film ini berhasil menarik perhatian dan tidak jatuh menjadi
sebuah kemasan murahan adalah konsep yang ia usung, menciptakan
kombinasi antara webtoon yang kemudian digunakan untuk melakukan
prosedurial kepolisian untuk memecahkan misteri kematian. Ya, bahkan
materi dasar yang ia gunakan juga bukan merupakan sesuatu yang baru,
jika berbicara Korea tahun lalu ada Don't Click yang menggunakan video
sebagai sarana utama. Tapi Killer Toon sukses karena ia berpegang teguh pada konsep utama sebuah film horror.
Ceritanya mungkin tidak special, bahkan kehadirannya juga seperti sebuah upaya untuk memanfaatkan trend dari webtoon yang sempat booming. Namun disisi lain Kim Yong-Gyun dan penulis cerita, Lee Sang-Hak,
tahu bagaimana mengolah fenomena tersebut untuk menjadi sebuah kemasan
yang menakuti-nakuti penontonnya secara efektif. Ya, efektif, ini tidak
megah, ini bahkan terasa dangkal dibeberapa bagian, namun jika berbicara
rasa takut dan cemas yang ia berikan Killer Toon berada di level
memuaskan. Bahkan diparuh pertama saya merasakan intensitas tekanan
yang sama baiknya seperti apa yang Sinister pernah berikan.
Terjebak
di kegelapan, menggunakan situasi menunggu dalam keheningan, kemudian
hadir gotcha moment, mudah untuk mengatakan hal-hal tadi sebagai sesuatu
yang standard. Tapi dengan pergerakan kamera yang mumpuni serta
penempatan dan permainan tempo dan tensi yang ciamik, hal standard tadi
sukses tampil menakutkan, dan memikat. Itu belum menghitung
keberhasilan Kim Yong-Gyun dalam melakukan perpindahan antara
dunia komik dan dunia nyata untuk saling bantu membangun cerita, halus
dan manis. Sebenarnya dengan bermain aman dan secara konsisten
menerapkan cara tadi hingga akhir film ini akan memikat, sayangnya Kim Yong-Gyun punya misi berbeda.
Cerita yang tidak begitu special tadi merupakan sumber rusaknya Killer Toon.
Narasi yang sederhana tadi coba dibentuk agar tampak lebih megah
diparuh kedua, mulai dibentuk sedikit lebih kompleks, dan di isi dengan backstory dan beberapa twist.
Memang tidak memberikan efek destruktif skala besar, bahkan mereka
tidak predictable, namun ia kurang mampu melakukan kontrol yang baik
ketika memperluas plot dan memberi impact yang sangat kentara pada
kualitas horror yang ia punya. Kim Yong-Gyun seperti sangat yakin
bahwa ini akan semakin menarik jika dibuat sedikit rumit, padahal sejak
awal semua karakter yang ia miliki sudah sangat tipis.
Ini
mengapa saya selalu menganggap sebuah film horror tidak perlu tampil
kompleks, lempar konflik sederhana, dan gunakan formula yang juga
sederhana dengan beberapa materi segar yang tidak berlebihan, karena
tujuan utama penonton menyaksikan film horror adalah untuk membuat
mereka merasa takut. Killer Toon terluka akibat keputusan Kim Yong-Gyun tadi,
ia memikat ketika sedang membangun misteri serta situasi mencekam dan
menegangkan yang dikemas dengan padat dan efektif, namun saat masuk ke
fase membuka tabir dari fakta sesungguhnya (yang celakanya diberi porsi
sama besar) ia tidak mampu tampil sama baiknya.
Killer Toon berhasil
mencuri perhatian berkat cara ia dibangun, bukan karena kualitas dari
divisi akting. Saya suka ketika melihat Lee Si-Young bermain dengan
wajah polosnya pada How to Use Guys with Secret Tips, namun di
sini ia tidak memikat, kurang kokoh, kurang meyakinkan. Dampaknya
flashback yang seharusnya mampu semakin mempercantik cerita akhirnya
terkesan biasa, karena ia kurang mampu berdiri sendiri di posisi
terdepan untuk memimpin misteri dari cerita yang bergantung padanya. Ia
juga sempat terlupakan ketika Mun Ka-Young, Kwon Hae-Hyo, Uhm Ki-Joon, dan Hyun Woo melaksanakan tugas mereka.
0 komentar:
Posting Komentar